Minggu, 13 Mei 2012

Hikmah IHSAN..

Kedepankan Ihsan.. (sumber: Republika Sabtu, 12 Mei 2012)

Sekurang-kurangnya ada 11 kali Allah menggunakan kata "ihsan" dalam AlQuran untuk menyebut perbuatan yang baik. Dua diantaranya memakai "alif-lam", al-ihsan, yaitu pada surah al-Rahman ayat ke - 60 dan surah al-Nahl ayat ke -90. bila diterjemahkan keduanya berarti kebaikan atau kebajikan.

Pertama, Allah menjelaskan, "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." Kedua  berbunyi, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dalam berbuat kebajikan (Ihsan), memberi pada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."

Demikian pula dalam sembilan ayat lainnya, kata "ihsan" diterjemahkan menjadi suatu kebaikan dan perbuatan baik. Bahkan ayat ke -83 dari surah al-Baqarah, "ihsan" digunakan sebagai pengganti kata berbuat baik kepada kedua orang tua.

"Janganlah kamu menyembah sesuatu selain Allah dan berbuat baiklah (Ihsan) kepada Ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dan dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat."

Pada ayat tersebut, Allah menyebutkan "ihsan" sejajar dengan larangan berbuat syirik, perintah berbuat baik kepada orang tua dan kaum kerabat, berbuat baik kepada fakir miskin dan anak-anak yatim, mengucapkan kata-kata yang baik sesama manusia, serta mendirikan shalat dan menunaikan zakat.


Secara sederhana dapat dipahami bahwa konsep "ihsan" adalah sama dan sebagun dengan konsep akhlak, baik akhlak sepada Sang Pencipta maupun kepada sesama manusia.

Perbuatan baik (ihsan) harus selalu hadir menyertai seluruh perilaku manusiawi. Ihsan sejatinya menadai nafas dan inspirasi dari keseluryhan amal manusia, bersenyawa dengan jenis pekerjaan dan profesi apa pun.

karena itu, Ihsan adalah juga mengendalikan motif-motif insani yang mendasari keseluruhan tindakan aktivitas yang dilaluinya setiap saat.

Itulah sebabnya, ketika berdialog dengan Rosulullah,  Jibril menetapkan pertanyaan tentang ihsan ini pada urutan yang terakhir setelah iman dan islam. Ihsan dalam hal ini menjadi dimensi penggenapan amal setelah seseorang menyatakan keimanan dan melaksanakan ajaran islam. Ihsan merupakan kekuatan moral yang menyempurnakan setiap tindakan.

Dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, serta budaya masyarakat saat ini, kita perlu menghidupkan kembali spirit ihsan yang telah mati, sehingga tidak ada lagi kebijakan, program, dan tindakan yang hanya berorientasi pada kepentingan pribadi ataupun kelompok. Semuanya merupakan implementasi pengabdian hanya kepada-Nya untuk mewujudkan kebaikan.

Kita tidak cukup hanya menjadi pemeluk agama. Beragama saja tidak cukup. Beragama (Islam) itu harus pula diikuti dengan berihsan. "(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri (berislam) kepada Allah, sedangkan ia berbuat kebajikan (berihsan) maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS [2]: 112).
oleh: Prof. Asep S Muhtadi